Kamis, 28 Juni 2012

Orang Indonesia Masih Memburu BlackBerry

Orang Indonesia Masih Memburu BlackBerry

TEMPO.Co, Jakarta - Orang Indonesia ternyata masih tergila-gila dengan BlackBerry. Itu setidaknya tergambar dari data yang dirilis Telunjuk.com, sebuah situs pencarian gadget, ponsel, laptop, dan tablet yang dijual di toko-toko online di Indonesia.
Chief Marketing Officer Telunjuk.com, Hanindia Narendrata Rahiesa, mengatakan ponsel Blackberry ternyata lebih banyak dijual di toko-toko online meskipun merek yang paling dicari konsumen adalah Samsung.
Berdasarkan data yang masuk di Telunjuk.com dari seluruh ponsel yang dijual di toko online di Indonesia, penjualan Blackberry mencapai 33,4 persen. Kemudian disusul Nokia dengan 22,9 persen dan Samsung 13,4 persen. 
Persentase penjualan Samsung ini cukup unik. Pasalnya, Samsung adalah merek yang paling sering dicari konsumen pada bulan April 2012, yaitu mencapai 29 persen. Namun nyatanya penjualannya jauh di bawah itu. 
Berdasarkan data yang dirilis April lalu, konsumen mencari ponsel didasari atas tiga hal, yang pertama merek, harga dan baru kemudian sistem operasi. Adapun tiga merek yang paling dicari adalah Samsung 29 persen, Blackberry 18 persen, dan Sony/Sony Ericsson 15 persen. 
»Sedangkan Nokia, meskipun tidak terlalu banyak dicari orang, tapi nyatanya suplainya masih cukup besar di pasar,” kata Hanindia dalam keterangan tertulis kepada Tempo, Rabu, 27 Juni 2012.
Hanindia juga mengungkapkan harga ponsel yang dijual di toko online telah sesuai dengan harga yang paling dicari konsumen. Bulan Mei lalu, ponsel di bawah Rp 2 juta rupiah yang paling banyak dicari. 
Ini sesuai dengan patokan harga yang dipasang konsumen. Penjualan ponsel dibawah Rp 1 juta sebanyak 27,7 persen, lalu ponsel dengan rentang harga Rp 1–2 juta terjual sebanyak 28,5 persen. Itu artinya penjualan ponsel dibawah Rp 2 juta mencapai 56,2 persen.
Hal menarik lainnya adalah suplai ponsel Android ternyata masih di bawah Blackberry. Meskipun ponsel Android banyak dicari konsumen, yakni mencapai 70 persen pencarian, tetapi suplainya ternyata tidak sebesar itu.
Ponsel Android yang beredar di toko-toko online di Indonesia berada pada angka 17,2 persen, sedangkan yang tertinggi adalah Blackberry dengan 33,4 persen. Menyusul setelah Android secara berturut-turut adalah Symbian 9,7 persen, Windows-based 1,8 persen, dan iOS Apple 1 persen.

Masih Ada Orang Baik di Jakarta

Masih Ada Orang Baik di Jakarta

Orang bilang, ibu kota lebih kejam dari ibu tiri. Klise, tapi benar. Setiap hari Jakarta jadi tempat pergulatan ribuan orang yang berjuang mencari nafkah.

Tapi pengalaman saya membuktikan, masih ada orang baik di Jakarta.

Cerita ini terjadi beberapa minggu silam. Saya melangkah turun keluar taksi yang mengantarkan saya ke sebuah pameran komputer. Selang beberapa menit kemudian, saya baru tersadar kamera dan peralatan liputan senilai puluhan juta rupiah tertinggal dalam taksi putih itu.

Karena saya bukan orang yang mudah panik bila kehilangan barang (ini bukan kejadian pertama kali) saya pun segera memeriksa struk pembayaran taksi untuk mencari tahu nomor pintu taksi dan nomor telepon perusahaan. Setelah menelepon mereka, sesaat saya agak tenang.

Tapi hingga 1,5 jam kemudian, tidak kunjung ada informasi apa pun. Saya mulai gusar. Saya kembali menelepon perusahaan taksi itu. Mereka mengatakan, mereka tidak punya nomor telepon pengemudi, dan karenanya hanya bisa mengabarkan via radio. Tapi sopir tidak menjawab.

Skenario terburuk pun terbayang. Saya kehilangan kamera kantor, yang harganya tidak murah itu. Ingatan buruk ketika saya kehilangan telepon seluler (di taksi dari perusahaan yang sama) kembali timbul. Nada suara saya mulai meninggi.

Bagaimana mungkin sebuah perusahaan taksi dengan reputasi baik tidak punya nomor telepon tiap pengemudi, serta hanya mengandalkan komunikasi radio?

Kepada saya, sang operator (dan manajernya) menjanjikan kepastian nasib kamera pada malam hari, ketika semua sopir kembali ke pangkalan. Di titik ini, ketidakpuasan saya sebenarnya memuncak. Tapi tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali menunggu.

Ternyata saya tidak perlu menunggu hingga malam. Beberapa jam kemudian, saya ditelepon perusahaan taksi dan isinya kabar baik. Kamera liputan ada di petugas keamanan gedung pameran!

Rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun pasir.

Sopir taksi (yang belakangan saya tahu bernama Zul) sebenarnya sempat menunggu saya kembali mengambil kamera yang tertinggal. Tapi karena saya sudah berjalan terlalu jauh (dan belum sadar ada yang tertinggal) dia pun menitipkan kamera itu pada petugas keamanan.

Di hiruk-pikuk kehidupan kota besar, individualisme adalah sebuah keniscayaan. Konsep paguyuban (gemeinschaft) yang selama ini dianggap mengalir di darah orang Indonesia sudah menguap nyaris tak berbekas. Yang ada adalah patembayan (gesellschaft), dan relasi manusia berlandaskan pada hitung-hitungan manfaat apa yang bisa didapat.

Begitupun, harapan selalu tetap ada. Bahkan di Jakarta, yang lebih kejam dari ibu tiri ini, orang baik masih ada walau mungkin sedikit.

Terima kasih Pak Zul, untuk menyadarkan saya bahwa masih ada orang yang memelihara kejujuran sebagai etos dasar. Orang yang mau membantu orang lain tanpa menghitung manfaat. 

Di tengah deru zaman yang mengagungkan materi dan menepikan moralitas, sosok seperti Pak Zul jelas melegakan.

Anda punya pengalaman serupa? Atau Anda pernah mendapatkan pertolongan yang tak disangka-sangka? Bagikan dengan kami melalui kolom komentar di bawah ini.

Sebelum Eksekusi Penalti, Cesc Fabregas Curhat Ke Bola

Sebelum Eksekusi Penalti, Cesc Fabregas Curhat Ke Bola

Cesc Fabregas mengaku sempat 'curhat' sama bola sebelum menjadi eksekutor penalti dalam laga semi-final Spanyol melawan Portugal dini hari tadi.

Cesc menjadi penentu kemenangan Spanyol dalam drama adu penalti yang berakhir dengan hasil 4-2. Pemain bintang Barcelona ini menjadi penendang kelima dalam timnya.

"Saya sebenarnya sudah ada perasaan untuk akhiri pertandingan ini dengan penalti dan saya sudah memikirkannya," kata Cesc usai pertandingan.

"Mereka sempat meminta saya untuk menjadi penendang kedua tetapi saya katakan tidak, berikan saja jadi penendang kelima. Soalnya firasat saya kuat di situ."

"Lalu ketika saya melangkah untuk mengambil penalti, saya sempat berkata dalam hati, hai bola kami sekarang harus membuat sejarah dan izinkan saya untuk tidak mengecewakan."


Selasa, 05 Juni 2012

Man City Akan Tunggu Robin Van Persie Usai Euro 2012

 

TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER - Klub kaya Inggris, Manchester City akan sabar menunggu kejelasan status Robin Van Persie sampai Euro 2012 selesai.
Harian lokal, Manchester Evening News melaporkan, Van Persie merupakan top target Man City usai kegagalan mereka mendapatkan pemain Belgia, Eden Hazard.
Kontrak Van Persie di Arsenal sendiri tinggal satu tahun lagi. Sejauh ini, eks Feyenoord Rotterdam tersebut masih menolak sodoran perpanjangan kontrak dari Arsenal.
Akibatnya, Arsenal tampaknya akan membuka tangan lebar-lebar bagi setiap klub yang mengiming-imingi 25 juta pound (Rp 362,7 miliar) untuk dia.
Van Persie, yang musim lalu membuat 37 gol di semua kompetisi, memastikan tak akan membuat keputusan soal masa depannya sebelum turnamen usai.

Dahlan: 70 Persen BUMN Menyuap Kala Tender



TEMPO.CO , Jakarta:Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan pernah melakukan survei kecil dengan responden pejabat BUMN. "Waktu awal saya jadi menteri dulu," kata Dahlan Iskan ditemui di penyerahan penghargaan MURI sebagai pencetus ide Penerangan Jalan Umum teknologi Solar Cell di Tol terpanjang se-Indonesia, Senin, 4 Juni 2012.
Dahlan mengatakan, semua pejabat BUMN diberi blanko kosong tentang apakah kala melakukan atau ikut tender menggunakan suap. Tanpa diberi nama, sebanyak 70 persen mengaku melakukan penyelewengan itu waktu memenangkan proyek, mayoritas BUMN bidang infrastruktur.
Menurut Dahlan, ke depan pihaknya meminta pemilik proyek melaporkan semua dokumen proyek. Ia meminta KPK dan LBKP untuk mengawasi dokumen proyek tersebut. "Pemilik proyek yang menentukan," ujar Dahlan. Saat terjadi penyelewengan, pemilik proyek harus transparan memberikan keterangan.
"Tapi kalau dari awalnya sudah bernait tidak baik, hasilnya pun akan tidak baik juga," kata Dahlan. Untuk itulah, mendesak penegak hukum dan pemerintah memperbaiki juga pemilik proyek atau instansinya.